Sejarah
Dibalik Bejana Yang Baru
Dibalik Bejana Yang Baru
Pada tahun 2014, Manoel Pedro tiba di Salatiga, Jawa Tengah dan mulai mempersiapkan diri untuk pelayanan penerjemahan Alkitab, sambil bekerja sama dengan gereja-gereja lokal untuk membentuk kelompok baca Alkitab di kalangan mahasiswa yang pada saat itu disebut KTB (Kelompok Tumbuh Bersama).
Ketika itu, beliau mulai memperhatikan suatu fenomena menarik dari anak-anak yang mengikuti KTB. Mereka kesulitan untuk memahami pesan firman Tuhan yang dibaca dalam pelajaran tersebut.
Hal itu mendorong beliau untuk menjelajah berbagai daerah di Indonesia agar lebih memahami keadaan rohani serta tingkat baca dan pemahaman Alkitab di Indonesia. Namun, setibanya di Maluku dan Nias, beliau dikejutkan oleh suatu fenomena lainnya. Tingkat pemahaman Alkitab di daerah-daerah tersebut menempati posisi yang paling rendah dibandingkan daerah lainnya.
Fakta-fakta yang ditemukan di lapangan:
Anak-anak desa tidak mengenal bahkan kisah Adam dan Hawa;
Orang dewasa tidak membaca Alkitab;
Para diaken dan gembala juga mengikuti budaya desa yang suka merokok, berpesta dan mabuk-mabukan;
Banyak keluarga yang tidak memiliki akses ke Alkitab;
Mereka yang memiliki akses tidak memahami isi teks Alkitab.
Rendahnya tingkat pemahaman Alkitab secara umum, bukan disebabkan oleh kurangnya dorongan dari para gembala saja, tetapi juga disebabkan oleh unsur kebahasaan.
"Terjemahan Alkitab yang pada umumnya dipakai oleh gereja memiliki bahasa yang kaku, sukar dimengerti dan tidak relevan lagi di zaman ini.. "
Hal ini menyebabkan sebagian besar umat Kristen yang membaca Alkitab, hanya melakukannya karena tradisi dan rutinitas agamawi, bukan karena sungguh-sungguh memahami.
Selain itu, mayoritas penduduk di daerah-daerah terpencil tidak berbicara bahasa Indonesia. Dari 712 bahasa suku di Indonesia, ada 400 bahasa yang tidak memiliki terjemahan Alkitab sama sekali.
Setelah itu, pada tahun 2015 beliau memutuskan untuk pindah ke Kota Yogyakarta dan membentuk sebuah tim kecil bernama “Benih Yang Baik”. Bersama-sama kami memulai suatu gerakan yang pada saat itu disebut A90 (Alkitab 90).
Gerakan ini mendorong orang untuk membaca seluruh Alkitab dalam 90 hari. Saat itu, hanya delapan orang terlibat sebagai peserta, dan hanya tiga orang yang berhasil selesai membaca seluruh Alkitab.
Pada tahun 2019 Gerakan A90 melibatkan Sekolah Misi Galilea, dan diikuti oleh 15 murid di sekolah tersebut.
Disamping itu, kami juga memulai gerakan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa sehari-hari, yang bertujuan agar semua orang dapat mengerti dan menghayati makna Alkitab yang sebenarnya. Namun, karena kekurangan dana dan tenaga sukarela, proyek tersebut akhirnya terpaksa dihentikan.
Lahirlah Gerakan
ABBA90
Puji syukur Tuhan pada bulan September 2020, kami mulai bekerja sama dengan Yayasan Alkitab Bahasa Kita (ALBATA) untuk menyediakan Alkitab dalam bahasa sederhana kepada seluruh jemaat di Indonesia.
Kerja sama tersebut dilakukan melalui Gerakan A90, yang kemudian dikembangkan menjadi Gerakan ABBA90 (Ayo Baca dan Belajar Alkitab dalam 90 hari).
Gerakan ini mendapatkan antusias yang sangat baik dari jemaat-jemaat di seluruh Indonesia. Para peserta yang mengikuti gerakan ini tersebar dari berbagai daerah di Indonesia, dari beragam latar belakang, usia, institusi/lembaga, dan sosial budaya.
Melihat antusias yang baik dan urgensi menumbuhkan gaya hidup membaca firman Tuhan dalam jemaat di seluruh Indonesia, Gerakan ABBA90 masih diadakan setiap tahunnya dengan mengusung tema yang beragam sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan rohani para peserta.
Panggilan Tuhan bagi kami:
MENGHAPUSKAN KEMISKINAN ALKITAB DI INDONESIA!
Dengan cara ➡️ memperkenalkan firman Tuhan yang HIDUP dan BERKUASA sebagai satu-satunya JAWABAN bagi umat Kristen.